Senin, 30 Juni 2008

Sang Kyai Dan Ilmu Putih

Ahmad Zain An Najah, MA


Di akhir kepemimpinan presiden Soeharto, terjadi pembantaian ulama dan kyai di daerah Jawa Timur. Tragedi pembantaian tersebut masih belum sirna dari ingatan kita. Sebagai kaum muslimin , banyak hal yang bisa kita jadikan pelajaran . Namun pada tulisan ini, ada point penting yang mungkin belum tersentuh oleh banyak pengamat. Masalah tersebut adalah ilmu putih, sebuah ilmu unik yang yang dimiliki oleh beberapa kyai di tanah Jawa , ilmu ini sering digunakan ketika terjadi bentrokan antara kelompok hitam ( para penjahat ) dan kelompok putih ( sebagian orang-orang pesantren )

Bagi kita kaum muslimin, sudah sepakat bahwa ilmu hitam merupakan bagian dari alam hitam yang tidak boleh didekati. Tapi untuk ilmu putih, sebagian kaum muslimin Indonesia masih menganggapnya suatu ilmu biasa, yang setiap orang boleh mempelajarinya. Alasan mereka, bahwa ilmu putih adalah ilmu untuk menegakkan kebenaran, membela yang lemah dan menjaga diri dari serangan- serangan orang-orang jahat. Mereka tidak mau tahu bagaimana cara- cara mendapatkan imu putih tersebut, atau mungkin sebagian dari mereka memang tidak tahu cara- cara tersebut. Bagi mereka, sesuatu yang dikerjakan oleh kyai atau orang alim yang mereka segani, adalah sah- sah saja. Sampai sekarang-pun kebanyakan dari kita, khususnya yang bergelut dibidang ilmu- ilmu syareah, ataupun ilmu-ilmu eksata, tidak mengetahui istilah ilmu putih tersebut. Paling jauh, yang kita dengar hanya sebatas berita atau kisah seorang kyai yang mampu mengetahui orang yang mencuri dengan cara melihat dari sebuah bejana yang berisi air yang sudah dibacakan doa-doa tertentu, bisa menangkal tenun, santet dan sihir dll.

Jadi ilmu putih itu hakikatnya seperti apa ? Apakah ilmu tersebut merupakan salah satu ilmu yang Islam telah memerintahkan umatnya untuk mencarinya, walaupun sampai ke negeri Cina ? ataukah dia termasuk ilmu hitam yang untuk mendapatkannya harus dengan bantuan jin ? atau ilmu yang menggabungkan ajaran- ajaran Islam dengan bantuan jin dan roh- roh halus lainnya ?

Antara Karomah dan Ilmu Putih

Kalau kita runtut Sejarah Islam –khususnya pada periode pertama dulu yaitu pada masa keemasannya- yang penuh dengan kemenangan dan kejayaan, akan sulit kita dapati, bahkan mungkin tidak ada seorang sahabat dan tabi’in memiliki ilmu putih, seperti sekarang ini, apalagi ilmu hitam. Mereka hanya mengandalkan apa yang mereka dapatkan dari Rosulullah saw dengan berpedoman Al Quran dan Hadits saja, …tidak lebih dari itu. Tapi mereka mampu menaklukan dua ngara super power pada waktu itu ( Romawi dan Persia ), mereka mampu berkuasa dan menebarkan keadilan di alam ini .

Secara aklamasi para ahli sejarah menyatakan bahwa kemenangan- kemenangan yang diraih umat Islam pada waktu itu merupakan keajaiban dunia yang belum pernah terjadi di panggung sejarah kehidupan manusia. Bagaimana tidak, bangsa Arab, bangsa pengembala kambing di tengah-tengah lautan padang pasir yang sangat panas, tak pernah dilirik sedikitpun, bahkan dipandangnya dengan sebelah mata oleh bangsa- bangsa besar pada waktu itu, tiba-tiba muncul hanya dalam waktu 10 tahun , mampu menaklukkan dua Imperium yang telah membangun kekuasan mereka selama ratusan tahun lamanya. Hanya dengan keimanan yang benar dan kuat saja, akan muncul karomah- karomah dan hal-hal yang luar biasa, yang jauh kewajaran manusia.

Dan itu semua merupakan bentuk pertolongan Allah kepada hamba-hambaNya yang taat dan konsisten serta istiqomah. Ini juga terjadi pada diri para sahabat secara individu, seperti halnya tongkat kayu milik seorang sahabat yang bernama Usaid bin Hudair yang bisa memancarkan sinar benderang di tengah-tenah kegelapan . Juga terjadi pada diri Abu Muslim al Khulani, yang dilempar oleh Aswad Al ‘Insi ( pemimpin kaum murtad ) ke api yang membara, kemudian bisa keluar darinya dengan selamat tanpa cacat sedikitpun, juga terjadi pada diri ‘Alak al Khudrami yang mampu berjalan di atas air ketika menyeberang lautan untuk menaklukan pasukan musuh yang ada di negri seberang.

Karomah-karomah semacam itu, juga terjadi pada orang-orang sholeh sebelum kedatangan nabi Muhammad saw, seperti apa yang dialami Maryam, yang mengandung tanpa tersentuh oleh seorang laki-laki, dan selalu mendapatkan makanan di mihrabnya, tanpa seorangpun tahu dari mana asalnya. Begitu juga yang dialami Ashabul Kahfi yang tidur lebih dari 300 tahun lamanya. Semua itu terjadi pada diri mereka tanpa sengaja, itu hanyalah semata-mata pemberian dari Allah swt, karena keimanan dan keistiqomahan mereka terhadap ajaran- ajaran Allah. Intinya , kehebatan-kehebatan mereka itu bukan karena mereka memiliki ilmu putih, sebagaimana yang sering dibanggakan oleh sebagian orang Islam zaman sekarang.

Beberapa Contoh Ilmu Putih

Masalah Ilmu Putih ini, mengingatkan penulis pada cerita seorang mahasiswa yang mengatakan bahwa pamannya dahulu pernah mempunyai ilmu putih, kemudian dia bertaubat dan meninggalkannya, kata pamannya : “ ilmu putih itu sebenarnya sama dengan ilmu hitam , cuma bedanya ilmu hitam digunakan untuk kejahatan sedang ilmu putih digunakan untuk kebaikan “ Bahkan, kita dapatkan sebagian orang yang sering disebut kyai, justru menggunakan jalan yang tidak pernah diajarkan oleh Rosulullah saw untuk mendapatkan ilmu putih semacam ini. Pada musim haji sekitar tahun 1995, kebetulan penulis bertemu dengan penyuluh agama ( mursyid haji ) di salah satu rombongan haji dari Jawa Tengah. Dia dipercaya oleh jama’ah karena berkali-kali pernah naik haji. Dia pernah berkata : “ kalau saya dihadapkan pada suatu masalah, maka saya tidak akan bertindak sampai ada sesuatu yang membisikkan di telinga saya “ . Mendengar pernyataan itu, penulis bertanya : “ Gimana caranya pak, untuk bisa seperti itu ? “. “ Kita harus bisa makan nasi putih saja, selama beberapa hari tanpa lauk dan sayur “ , jawabnya santai.

Ajaran Islam mana, yang menyuruh seseorang hanya makan nasi putih saja . Mungkin banyak umat Islam yang akan keluar dari Islam kalau mereka hanya dibolehkan makan nasi putih saja, tanpa lauk dan sayur. Kasihan bapak ini , naik haji berpuluh- puluh kali , tapi tidak memahami bahwa haji merupakan bentuk ketundukan dan kepatuhan terhadap ajaran-ajaran Allah, dengan tanpa menambah – nambahnya dengan selera akal dan nafsunya.

Bertepatan itu pula beberapa saat yang lalu, ada seorang pelajar Malaysia mengaku bahwa nenek moyangnya berasal dari Jawa asli, katanya, neneknya menganjurkan kepadanya untuk puasa “mutih “ ( bukan puasa putih lho ). “ Menurut anda puasa mutih itu apa ? “ , tanya penulis. “ Puasa mutih itu berpuasa dalam beberapa hari dan tidak berbuka kecuali dengan nasih putih “, jawabnya.

Penulis juga pernah membaca makalah yang berjudul “ Ilmu Estu Pamungkas “ , suatu ilmu yang salah satu cara untuk mendapatkannya harus berpuasa mutih selama beberapa hari dan beberapa malam, dan dia hanya diperbolehkan makan dan minum air putih satu kali saja dalam sehari semalam, yaitu pada waktu tepat tengah malam. Setelah melakukan aksi puasa, maka dia dituntut satu hal lagi, yaitu untuk melakukan puasa ngebleng selama beberapa malam. Puasa ngebleng ini berbeda dengan puasa Pati Geni. Kalau Pati Geni , seseorang harus berdiam diri di suatu kamar yang tertutup tanpa ada seleret sinarpun yang masuk kedalam kamar. Selama itu pula dia tidak boleh buang kotoran, buang air kecil, makan, dan minum. Tetapi pada puasa ngebleng boleh terdapat sinar yang masuk, hanya kita dilarang keluar kamar sebagaimana Pati Geni, serta tidak boleh makan, minum maupun buang air besar maupun kecil selama dia melakukan hal itu.

Konon orang yang memiliki ilmu Estu Pamungkas ini juga memiliki larangan dan pantangan, diantara adalah : tidak boleh takabur (sombong) serta mempergunakan ilmu ini untuk merugikan orang lain, seperti merusak rumah tangga orang lain, serta dilarang keras menggunakan ilmu tersebut setiap waktu. Dari keterangan diatas, nampaknya secara sekilas Ilmu Estu Pamungkas ini adalah Islami, karena mengajarkan untuk berpuasa dan melarang untuk mengganggu orang lain serta tak boleh takabbur.

Tapi di sisi lain, kita daptkan bahwa cara yang dipakai adalah cara-cara misterius, puasa mutih dan nasi putih. Makanya, lebih tepat kalau amalan- amalan ini kita sebut “ talbis al-haq bi al-bathil “ ( salah satu bentuk mencampur-adukkan antara kebenaran dengan kebatilan ).

Talbis seperti ini akan sangat berbahaya bagi keutuhan agama Islam, karena banyak orang awam yang terkecoh kepada suatu amalan, yang kelihatannya baik, padahal sebenarnya adalah ajaran gado-gado dari berbagai keyakinan dan aliran kepercayaan.

Waktu terjadi pembantaian kyai oleh para ninja, salah satu mahasiswa yang kebetulan sedang berada di Indonesia, tepatnya di salah satu pesantren yang sedang diincar, mengatakan : “ Salah satu dari kyai menyuruh seseorang untuk mengejar ninja yang sedang bersembunyi di kuburan…. agar para ninja tersebut takut dan lari terbirit- birit, maka orang yang akan mengejar tadi harus telanjang bulat, tanpa sehelai benangpun di atas tubuhnya, lantas aja pengejar tersebut menurut nasehat kyai tadi, telanjanglah dia, dan ternyata benar, ketika para ninja tersebut melihat orang telanjang langsung kabur ambil langkah seribu.“

Penulis jadi geli dan risih mendengar cerita tersebut, dari mana orang tadi mengetahui kalau telanjang bulat itu membuat ninja takut ? Kalau di Mesir , orang yang berbuat seperti itu ( bertelanjang ria ) , justru akan menjadi tontonan anak kecil. Macam- macam saja orang Islam zaman sekarang ini, benarlah apa yang di predeksikan Rosulullah saw, bahwa salah satu tanda akhir zaman, adalah dihapusnya ilmu syare’ah dengan meninggalnya para ulama yang konsisten dengan ajarannya, kemudian digantikannya dengan orang-orang bodoh dan aneh-aneh. Sehingga yang benar menjadi salah dan salah menjadi benar.

Salah satu masalah yang sering ditanyakan kepada penulis, adalah operasi memburu pencuri dengan metode baru ( yang sebetulnya sudah kuno ), dan mungkin belum pernah dilakukan oleh badan intelejent manapun juga, yaitu melalui bejana air yang di bacakan doa atau mantera, dan banyak dipraktekan di beberapa tempat. Bahkan disana ada sebuah ilmu yang bernama “ Aji Tunggeng Mogok “ sebuah ilmu yang bisa membuat pencuri terpaku ditempat. Di dalam buku-buku hadits “kutubus sittah “ ataupun “kutubut tis’ah”, tidak didapati hadits yang menyebutkan do’a untuk menangkap pencuri, atau supaya pencuri terpaku ditempat. Kalau untuk membentengi diri dari Jin dan syetan, atau mengusir jin yang bercokol di dalam tubuh atau di rumah, atau menolak bala’, sihir dan santet , itu memang banyak dan sangat di anjurkan dalam Islam.

Dengan membaca Ayat Kursi umpamanya, atau membaca dua ayat di akhir surat Al Baqarah, atau membaca mu’awadzatain ( surat Al-Falaq dan Surat An-Nas ) , atau membaca dzikir pagi dan petang , atau membaca surat Al Kahfi setiap Jum’at, dn lain- lainnya yang jelas- jelas diajarkan oleh Islam dan termaktub di dalam buku-buku hadits. Kenapa bukan itu saja yang dipraktekan dan diajarkan kepada umat Islam ? apakah belum cukup apa yang diajarkan oleh Rosulullah saw, sehingga harus mencari ajaran-ajaran baru yang kita belum tahu sumbernya dan belum jelas kebenarannya.

Kalau terbukti bahwa ilmu-ilmu semacam itu tidak terdapat dalam ajaran Islam , maka seorang muslim tidak boleh ikut-ikutan, walaupun yang mengerjakan itu seorang kyai. Seorang kyai tidak bisa dijadikan standar, karena dia tidak maksum. Allah berfirman :

ولا تقف ما ليس لك به علم إن السمع والبصر الفؤاد كل أولئك كان عنه مسئولا

“ Janganlah engkau mengikuti (sesuatu amalan ) yang engkau tidak mengetahui hakikatnya. Sesungguhnya pendengran, penglihatan dan hati ini akan dimintai pertanggung jawabannya “ ( QS. Al Isra’ : 36 )

Ada sebuah cerita menarik yang pernah dimuat salah satu mass media terkenal. Di sebuah daerah di pulau Jawa bagian Timur, ada seorang kyai yang disegani masyarakat. Ia tidak hanya dikenal sebagai seorang ahli ibadah, tapi juga memiliki berbagai kelebihan. Ia mampu berjalan di atas air, dan kebal senjata tajam. Di luar dugaan, ia meninggal dunia dalam keadaan tragis, sekujur tubuhnya merah kehitam-hitaman. Ia menjerit-jerit seperti serigala. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir ia sempat bertutur, bahwa untuk memiliki berbagai “kesaktian” itu, ia harus melakukan transaksi dengan jin. Bentuk transaksi itu sangat sederhana. Setiap malam Jum’at, tepat pukul 12.00 malam, ia harus melakukan hubungan badan dengan jin. Na’udzubillahi min dzalik.

Bahkan yang lebih mengerikan lagi dan membuat setiap orang Islam bulu kuduknya berdiri, apa yang pernah diceritakan orang yang sangat dekat dengan penulis, dan dia mendapatkannya dari seorang anak Kyai di salah satu daerah pulau Jawa. Di daerahnya tersebut, terdapat seorang Kyai yang terkenal sangat dermawan dan baik sekali, bahkan dia mengajarkan kepada anaknya perbuatan-perbuatan yang baik, namun yang menjadi pertanyaan kenapa ketika dia meninggal dunia tidak nampak dalam dirinya tanda-tanda khusnul khotimah, justru yang terdengar adalah jeritan histeris yang keluar dari mulutnya di saat-saat dia menghembuskan nafasnya yang terakhir ? Tak pelak, anaknya yang sudah lama terdidik dengan kebaikan-kebakan itu menjadi heran dan bertanya-tanya , kenapa hal itu terjadi ? Dia teringat bahwa di salah satu sudut rumahnya ada sebuah kamar yang selama ini, dia dan keluarganya tidak boleh tahu apa yang ada dalamnya. Karena penasaran, di dobraklah pintu kamar tersebut…” astaghfirullah ……!!!!!!!!! betapa terkejutnya anak Kyai besar tadi, di dalam kamar kecil yang angker itu ternyata adalah sebuah WC dan mushaf Al-Quran yang di penuhi dengan tahi. La haula wala quwwata illa billah….Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari syetan yang terkutuk.

Kalau cerita diatas benar, maka jelas bahwa kyai itu telah murtad dan kafir karena dia menyembah syetan dan menghina kitab suci yang dimuliakan oleh kaum muslimin .

Al Qur’an dan Hadits Sumber Kemuliaan

Sangatlah tepat apa yang dikatakan Umar bin Khottob, ra — sahabat Rosulullah saw yang terhebat setelah Abu Bakar As-Siddiq ra — : “ Kita telah dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka barangsiapa yang mencari kemulian selain Islam, maka Allah akan menghinakannya “ Benar,…Allah telah memuliakan Umar dan para sahabat yang mengikuti petunjuk Islam, Allah telah memuliakan mereka dengan keimanan dan kekuasaan yang mempunyai wilayah sangat luas, bukan hanya Imperium Persi dan Romawi saja yang ketakutan dengan mereka, bahkan syetanpun lari terbirit- birit ketika bertemu dengan Umar….Subhanallah !!!. Maka barang siapa diantara umat Islam yang yang mencari kemulian dan kesaktian melalui Syetan dan Jin, bukannya kemulian yang mereka dapatkan, tapi kehinaan di dunia , mereka hidup dibawah ketiak Syetan dan Jin , dan diinjak-injak serta ditindas oleh penguasa- penguasa kafir ( sebagai syetan-syetan manusianya ) …dan di akhirat akan mendapatkan adzab yang pedih…na’udzubillahi min dzalik. Maha Benar Allah di dalam Firman-Nya :

أيبتغون عندهم العزة ، فإن العزة لله جميعا

Apakah mereka ( orang-orang munafik) mencari kekuasan dan kemulian dari sisi mereka. Sesungguhnya kemulian hanya ada di sisi Allah semata. “ ( Qs. An Nisa’ : 139 )

بل كانوا يعبدون الجن أكثرهم بهم مؤمنون

“ …Bahkan mereka menyembah jin dan kebanyakan mereka beriman kepada jin tersebut ( QS Al Saba’ : 41 )

Umat Islam Indonesia – khususnya daerah Jawa- hendaknya kembali kepada ajaran Islam yang asli, yang bersumber kepada Al-Quran dan Hadits serta petunjuk para sahabat, dan wajib meninggalkan ilmu-ilmu klenik yang hanya akan menambah kehinaan demi kehinaan. Tidak ada dalam Islam ilmu hitam, ilmu putih, ilmu hijau, ilmu biru, atau ilmu kuning, tapi hanya ada ilmu Al-Quran dan Hadits serta perangkat yangmendukungnya. Tiada pula ilmu aji tunggeng mogok, mantera pelet media rokok, ilmu kontak, ajian mahabbah, pengasih, ilmu debus, mantra guru sajab. Ilmu- ilmu semacam itu tiada lebih dari peninggalan ajaran- ajaran Hindu dan Budha yang dicampur adukkan dengan Islam sehingga menjadi sesat dan menyesatkan. Wallahu a’lam

Jumat, 27 Juni 2008

Coretan Emin

Setiap insan pasti mahukan kesenangan, kesejahteraan, kenikmatan dan keselesaan. Tidak ada sesiapa yang mahu hidupnya dipenuhi kesusahan, kesengsaraan dan diselubungi masalah berpanjangan.

Kadangkala atas sebab tertentu seseorang itu mengalami bermacam masalah penyakit jiwa seperti tekanan perasaan, runsing, resah gelisah dan lebih parah lagi boleh menyebabkan seseorang tidak dapat membuat pertimbangan dengan betul.

Sebenarnya apabila kita merujuk kepada al-Quran, memang dijelaskan sebab penyakit itu berlaku antaranya seseorang itu tidak dapat menerima ujian Allah.

Contoh, apabila seseorang itu diberikan ujian oleh Allah sama ada berbentuk kesusahan, bala bencana seperti banjir, kemarau, kebakaran, kemiskinan, kematian atau penyakit, maka jiwanya akan mula gelisah dan berkeluh kesah.

Begitu juga apabila Allah mengurniakan nikmat berupa kekayaan kepadanya, maka timbul sikap bakhil atau kedekut dalam dirinya untuk menolong orang yang memerlukan bantuan.

Allah berfirman yang bermaksud: Sesungguhnya manusia itu dijadikan bertabiat resah gelisah (lagi bakhil kedekut). Apabila ia ditimpa kesusahan, ia sangat resah gelisah. Dan apabila ia beroleh kesenangan, ia sangat bakhil kedekut. Kecuali orang-orang yang mengerjakan sembahyang, iaitu mereka yang tetap mengerjakan sembahyangnya.” (Surah al-Ma’arij, ayat 19-23)

Tekanan perasaan juga berlaku disebabkan seseorang itu tidak mengingati Allah, kurang menghayati dan melaksanakan ajaran agama. Mereka lebih mementingkan tuntutan hawa nafsu semata-mata tanpa mempedulikan keperluan rohaniah.

Mereka lebih suka berhibur dan melupakan amal salih yang menjurus kepada takwa seperti solat, membaca al-Quran, berzikir dan sebagainya. Maka tidak mustahil insan sebegini akan mudah mengalami penyakit jiwa atau tekanan perasaan.

Allah berfirman yang bermaksud: Dan siapa yang berpaling ingkar dari ingatan dan petunjuk-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit (resah gelisah dan tidak tenteram jiwanya) dan Kami akan himpunkan dia pada hari kiamat dalam keadaan buta (meraba-raba dalam kesesatan seperti keadaannya di dunia).” (Surah Thaha, ayat 124)

Amat mendukacitakan pada masa ini ada kalangan umat Islam mengabaikan pendidikan al-Quran, tidak mengikut petunjuk dan bimbingan al-Quran dalam urusan kehidupan mereka, apatah lagi menggunakannya sebagai penawar mengubati penyakit jiwa yang mereka alami.

Ada antara kita cuba menyelesaikan masalah dengan cara bertentangan syarak seperti berjudi, meminum arak dan mengambil dadah. Bahkan ada menjadikan orang lain sebagai tempat melepaskan geram seperti melakukan penderaan terhadap isteri atau anak, memukul atau membunuh orang dan berkemungkinan juga bertindak membunuh diri sendiri.

Semua itu dilakukan kerana mereka beranggapan dengan cara begitu saja permasalahan mereka dapat diatasi. Hakikatnya, perlakuan sebegitu hanya akan menambahkan lagi kekusutan jiwa atau tekanan perasaan.

Sesungguhnya, bagi memperoleh suasana hidup aman damai, sejahtera, harmoni dan tenang jiwa, agama Islam menggariskan panduan yang sangat berkesan untuk merawat penyakit jiwa atau tekanan perasaan, antaranya:

  • Sentiasa berzikir (mengingati Allah). Allah berfirman yang bermaksud: “…(Allah) memberi petunjuk ke jalan agama-Nya, sesiapa yang rujuk kepada-Nya; (iaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah. Ketahuilah! Dengan zikrullah itu, tenang tenteramlah hati manusia.” (Surah al-Ra’d, ayat 27-28)
  • Melaksanakan segala perintah Allah dengan mengerjakan suruhan dan meninggalkan segala larangan-Nya. Firman Allah yang bermaksud: Adapun orang yang memberikan apa yang ada padanya ke jalan kebaikan dan bertakwa (mengerjakan suruhan Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya) serta ia mengakui dengan yakin akan perkara yang baik, maka sesungguhnya Kami memberikan kemudahan untuk mendapat kesenangan (syurga). Sebaliknya orang yang bakhil daripada berbuat kebajikan dan merasa cukup dengan kekayaan dan kemewahannya serta ia mendustakan perkara yang baik, maka sesungguhnya Kami akan memberikannya kemudahan untuk mendapat kesusahan dan kesengsaraan (neraka).” (Surah al-Lail, ayat 5-10)
  • Menyucikan jiwa dengan menjauhi daripada segala sifat mazmumah (sifat yang tercela) seperti hasad dengki, fitnah, takbur (menyombong diri), riak, mengumpat dan terlalu cintakan dunia.

Allah berfirman yang bermaksud: “Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia bersih - bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan). Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya – yang sedia bersih itu - susut dan terbenam kebersihannya dengan sebab kekotoran maksiat.” (Surah al-Syam, ayat 9-10)

Sesungguhnya kekuatan iman berperanan sebagai benteng dalam mengharungi cabaran kehidupan di dunia ini. Oleh itu, dengan kembali kepada ajaran agama dan mengamalkannya jiwa manusia akan terselamat daripada kegelisahan dan kekusutan.

Jangan disebabkan terlalu sibuk mengejar kesenangan dan kemewahan dunia mengakibatkan kita lupa kepada agama. Sesungguhnya Allah memberikan jaminan bahawa manusia yang ikhlas melaksanakan segala ajaran-Nya akan mempunyai hati dan jiwa yang tenteram.

Sama-samalah berdoa semoga Allah sentiasa memberikan kepada kita kehidupan aman, tenteram dan jiwa yang tenang.

Qur'an Penyelesai Segala Masalah

Setiap insan pasti mahukan kesenangan, kesejahteraan, kenikmatan dan keselesaan. Tidak ada sesiapa yang mahu hidupnya dipenuhi kesusahan, kesengsaraan dan diselubungi masalah berpanjangan.

Kadangkala atas sebab tertentu seseorang itu mengalami bermacam masalah penyakit jiwa seperti tekanan perasaan, runsing, resah gelisah dan lebih parah lagi boleh menyebabkan seseorang tidak dapat membuat pertimbangan dengan betul.

Sebenarnya apabila kita merujuk kepada al-Quran, memang dijelaskan sebab penyakit itu berlaku antaranya seseorang itu tidak dapat menerima ujian Allah.

Contoh, apabila seseorang itu diberikan ujian oleh Allah sama ada berbentuk kesusahan, bala bencana seperti banjir, kemarau, kebakaran, kemiskinan, kematian atau penyakit, maka jiwanya akan mula gelisah dan berkeluh kesah.

Begitu juga apabila Allah mengurniakan nikmat berupa kekayaan kepadanya, maka timbul sikap bakhil atau kedekut dalam dirinya untuk menolong orang yang memerlukan bantuan.

Allah berfirman yang bermaksud: Sesungguhnya manusia itu dijadikan bertabiat resah gelisah (lagi bakhil kedekut). Apabila ia ditimpa kesusahan, ia sangat resah gelisah. Dan apabila ia beroleh kesenangan, ia sangat bakhil kedekut. Kecuali orang-orang yang mengerjakan sembahyang, iaitu mereka yang tetap mengerjakan sembahyangnya.” (Surah al-Ma’arij, ayat 19-23)

Tekanan perasaan juga berlaku disebabkan seseorang itu tidak mengingati Allah, kurang menghayati dan melaksanakan ajaran agama. Mereka lebih mementingkan tuntutan hawa nafsu semata-mata tanpa mempedulikan keperluan rohaniah.

Mereka lebih suka berhibur dan melupakan amal salih yang menjurus kepada takwa seperti solat, membaca al-Quran, berzikir dan sebagainya. Maka tidak mustahil insan sebegini akan mudah mengalami penyakit jiwa atau tekanan perasaan.

Allah berfirman yang bermaksud: Dan siapa yang berpaling ingkar dari ingatan dan petunjuk-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit (resah gelisah dan tidak tenteram jiwanya) dan Kami akan himpunkan dia pada hari kiamat dalam keadaan buta (meraba-raba dalam kesesatan seperti keadaannya di dunia).” (Surah Thaha, ayat 124)

Amat mendukacitakan pada masa ini ada kalangan umat Islam mengabaikan pendidikan al-Quran, tidak mengikut petunjuk dan bimbingan al-Quran dalam urusan kehidupan mereka, apatah lagi menggunakannya sebagai penawar mengubati penyakit jiwa yang mereka alami.

Ada antara kita cuba menyelesaikan masalah dengan cara bertentangan syarak seperti berjudi, meminum arak dan mengambil dadah. Bahkan ada menjadikan orang lain sebagai tempat melepaskan geram seperti melakukan penderaan terhadap isteri atau anak, memukul atau membunuh orang dan berkemungkinan juga bertindak membunuh diri sendiri.

Semua itu dilakukan kerana mereka beranggapan dengan cara begitu saja permasalahan mereka dapat diatasi. Hakikatnya, perlakuan sebegitu hanya akan menambahkan lagi kekusutan jiwa atau tekanan perasaan.

Sesungguhnya, bagi memperoleh suasana hidup aman damai, sejahtera, harmoni dan tenang jiwa, agama Islam menggariskan panduan yang sangat berkesan untuk merawat penyakit jiwa atau tekanan perasaan, antaranya:

  • Sentiasa berzikir (mengingati Allah). Allah berfirman yang bermaksud: “…(Allah) memberi petunjuk ke jalan agama-Nya, sesiapa yang rujuk kepada-Nya; (iaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah. Ketahuilah! Dengan zikrullah itu, tenang tenteramlah hati manusia.” (Surah al-Ra’d, ayat 27-28)
  • Melaksanakan segala perintah Allah dengan mengerjakan suruhan dan meninggalkan segala larangan-Nya. Firman Allah yang bermaksud: Adapun orang yang memberikan apa yang ada padanya ke jalan kebaikan dan bertakwa (mengerjakan suruhan Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya) serta ia mengakui dengan yakin akan perkara yang baik, maka sesungguhnya Kami memberikan kemudahan untuk mendapat kesenangan (syurga). Sebaliknya orang yang bakhil daripada berbuat kebajikan dan merasa cukup dengan kekayaan dan kemewahannya serta ia mendustakan perkara yang baik, maka sesungguhnya Kami akan memberikannya kemudahan untuk mendapat kesusahan dan kesengsaraan (neraka).” (Surah al-Lail, ayat 5-10)
  • Menyucikan jiwa dengan menjauhi daripada segala sifat mazmumah (sifat yang tercela) seperti hasad dengki, fitnah, takbur (menyombong diri), riak, mengumpat dan terlalu cintakan dunia.

Allah berfirman yang bermaksud: “Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia bersih - bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan). Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya – yang sedia bersih itu - susut dan terbenam kebersihannya dengan sebab kekotoran maksiat.” (Surah al-Syam, ayat 9-10)

Sesungguhnya kekuatan iman berperanan sebagai benteng dalam mengharungi cabaran kehidupan di dunia ini. Oleh itu, dengan kembali kepada ajaran agama dan mengamalkannya jiwa manusia akan terselamat daripada kegelisahan dan kekusutan.

Jangan disebabkan terlalu sibuk mengejar kesenangan dan kemewahan dunia mengakibatkan kita lupa kepada agama. Sesungguhnya Allah memberikan jaminan bahawa manusia yang ikhlas melaksanakan segala ajaran-Nya akan mempunyai hati dan jiwa yang tenteram.

Sama-samalah berdoa semoga Allah sentiasa memberikan kepada kita kehidupan aman, tenteram dan jiwa yang tenang.

5 Perkara Mengundang Bala Allah Pada Akhir Zaman

SABDA JUNJUNGAN MENGENAI AKHIR ZAMAN

Daripada Ibnu 'Umar radhiallahu 'anhuma berkata: Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam berhadap kepada kami (pada suatu hari) lalu beliau bersabda: "Wahai kaum Muhajirin, 5 perkara jika kamu telah ditimpakan bala dengannya (jika kamu telah mengerjakannya), maka tiadalah kebaikan lagi bagi kamu. Dan aku berlindung dengan Allah Ta'ala, semoga kamu tidak menemui masa itu. Perkara-perkata itu ialah:

1. Tidak nampak perzinaan pada suatu kaum sehingga mereka berani melakukannya secara terang-terangan, kecuali mereka akan ditimpa penyakit taun yang cepat merebak di kalangan mereka, dan mereka akan ditimpa penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa umat-umat yang telah lalu.

2. Dan tiadalah mereka mengurangkan sukatan dan timbangan, kecuali mereka akan ditimpakan bala dengan kemarau dan kesusahan mencari rezeki dan kezaliman daripada kalangan pemimpin mereka.

3. Dan tidaklah mereka menahan akan zakat harta benda kecuali ditahan untuk mereka air hujan dari langit. Jikalau tiadalah binatang (yang hidup di permukaan bumi ini) sudah pasti mereka tidak akan diberi hujan oleh Allah Ta'ala.

4. Dan tiadalah mereka memungkiri janji Allah dan rasulNya kecuali Allah akan menjadikan musuh mereka menguasai mereka, maka musuh itu akan merampas sebahagian daripada apa yang ada di tangan mereka.

5. Dan apabila pemimpim -pemimpin mereka tidak melaksanakan hukum Allah yang terkandung dalam al-Qur'an dan tidak mahu menjadikannya sebagai pilihan, maka (disaat itu) Allah akan menjadikan peperangan di kalangan mereka sendiri"

Daripada sabdaan Rasullah S.A.W. di atas itu marilah sama-sama kita mengambil pengajaran dan jadikannya sebagai kayu pengukur bagi memastikan diri dan umat kita terselamat dari bala ALLAH S.W.T. yang pastinya apabila ia turun semua manusia tidak akan terlepas.Oleh itu berwaspadalah selalu dan pastikan diri ,keluarga ,dan masyarakat kita terpelihara daripada melakukan 5 perkara yang Rasullah S.A.W. pesan supaya terselamat dari bala ALLAH S.W.T.Dan seterusnya mendapat keberkatan hidup di dunia dan mendapat kejayaan di Akhirat sana,insyALLAH………

Ingat Mati Sumber Kekuatan Iman

Bagi Muslim yang ingin hidup diredai Allah, Rasulullah SAW menyarankan supaya selalu ingat kepada mati kerana orang yang selalu ingat mati pasti menjemputnya, Rasulullah SAW menganggap orang itu orang yang terkaya.

Ibn Mas’ud berkata, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Siapakah Mukmin utama? Jawab Nabi SAW: Yang terbaik budi akhlaknya. Dan Mukmin yang manakah yang terkaya? Jawab baginda: Yang banyak ingat mati, dan baik pula persediaannya.”

Sesungguhnya insan yang sering kali dalam hidupnya ingat terhadap mati, sudah tentu kalbunya dipenuhi bunga keinsafan yang akan mendorongnya untuk :

  • tidak bersikap sombong
  • selalu bertawaduk
  • segala gerak dijadikan ibadat
  • lidahnya tetap basah dengan zikrullah baik malam atau siang

Lalu terbinalah sebuah akhlak insan terpuji dan dihormati.

Abu Hamid Allafaf pernah berkata: “Siapa yang sering ingat mati, maka dimuliakan dengan tiga macam iaitu: segera bertaubat, terima terhadap rezeki (tidak tamak) atau qanaah dan tangkas beribadat.” (Kitab Tanbihul Ghafilin)

Ingat kepada mati, menjadikan seseorang itu akan segera bertaubat kerana mati itu rahsia Allah. Tidak ada seorang yang tahu bila dan di mana dia akan mati.

Ia dijelaskan Allah dalam firman yang bermaksud: “Tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan dilakukan esok hari, sebagaimana tiada seorang pun yang mengetahui di manakah ia akan mati.” (Surah Luqman, ayat 34)

Jika tidak segera bertaubat (bertangguh tunggu esok, lusa, bulan depan atau nanti sudah tua) maka dikhuatiri matinya sebelum sempat bertaubat. Segera bertaubat sebenarnya wajib dan dituntut agama.

Firman Allah yang bermaksud: “Dan bersegeralah kamu kepada keampunan dari Tuhanmu dan (mendapat) syurga yang bidangnya seluas segala langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Surah Ali-Imran, ayat 133)

Orang yang ingat mati, juga sedar hidup di dunia persinggahan sebentar dan akhirat tempat yang abadi. Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau berada di dalam dunia seolah-olahnya engkau seorang yang berdagang atau pengembara yang sedang dalam perjalanan.” (Hadis riwaat Ibn Umar)

Lantaran itu, dia tidak memerlukan rezeki melebihi keperluan hidupnya. Jika bekerja mencari rezeki, tidak sampai bersikap tamak haloba dan langsung lupa kepada Allah.

Ingat mati mendorong kita sentiasa mempertingkat amal ibadat, sama ada yang fardu mahupun sunat. Perhambaan diri kepada Allah dengan penuh ikhlas dan cinta yang suci serta istiqamah.

Di samping itu, seseorang yang menyedari bahawa mati adalah suatu yang pasti, akan sentiasa berusaha sedaya upaya menjauhkan diri daripada melakukan dosa atau perkara dilarang Allah SWT. Dia takut kepada azab yang Allah sediakan di akhirat nanti untuk orang berdosa.

Kita sewajarnya ingat benar-benar akan pesan Rasulullah SAW: “Banyak-banyaklah kamu mengingati kejadian yang akan menghancurkan segala kelazatan iaitu maut (mati).” (Hadis riwayat At-Tirmizi)

Apabila tidak lupa kepada mati, maka kesannya sungguh baik. Akhlaknya terpuji, ibadatnya bermutu dan istimewanya menjadi hamba sangat disayangi dan diredai Allah.

Maka dengan ini marilah kita muhasabah diri sejauh manakah keimanan kita terhadap ALLAH dan rasulNYA.Untuk menyuburkan lagi keimanan kita banyakkan mengingati mati kerana dengan ini kita dapat meraih dan meningkatkan mutu keimanan demi untuk kebaikan bersama bagi menjamin keselamatan di dunia seterusnya akhirat.

Taubat

Setiap insan yang bernama manusia tidak terlepas daripada melakukan dosa samada kecil atau besar,oleh hal yang demekian maka Rasullah S.A.W meneladani kita dengan amalan bertaubat kepadaNYA untuk menebus segala kesalahan yang lalu.Sebagaimana mafhum daripada sebuah hadis bersabda Rasullah S.A.W :”Setiap daripada Anak Adam melakukan kesalah,dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang-orang yang sentiasa bertaubat”.

Seorang hakim ditanya: Apakah ada tanda bahawa taubat itu telah diterima?
Jawabnya : Ya, ada 4 tanda atau alamatnya iaitu:

1. Putus hubungan dengan kawan-kawannya yang tidak baik dan bersahabat dengan orag-orang soleh
2. Menghentikan semua maksiat dan rajin melakukan ketaatan.
3. Hilang rasa kesenangan kepada dunia pada hatinya dan selalu ingat akan kesusahan akhirat
4. Percaya kepada jaminan Allah dalam urusan rezekinya lalu menyibukkan diri menunaikan perintah Allah

Maka bila terdapat semua sifat itu maka dia termasuk dalam ayat yang bermaksud: "Sesungguhnya Allah kasih pada orang yang bertaubat dan kasih pada yang suka bersuci".

Kemudian dia berhak memperolehi daripada orang lain 4 perkara iaitu:

1. Mereka cinta kepadanya kerana Allah telah cinta kepadanya
2. Mereka akan memeliharanya dan selalu mendoakannya
3. Mereka lupa terhadap dosa-dosanya yang telah lalu
4. Mereka selalu membantu dan mendekatinya

Manakala Allah akan memuliakannya dengan 4 perkara:

1. Melepaskannya dari dosa sehingga seolah-olah dia tidak pernah berdosa
2. Dia dicintai oleh Allah
3. Dia dipelihara dari gangguan syaitan.
4. Dia diamankan dari rasa takut sebelum keluar daripada dunia ini

Renunglah dan hitung-hitungkanlah diri kita semua,adakah setimpal taubat yang kita lakukan berbanding dengan kesalahan yang kita perbuatkan selama ini.Marilah sama-sama kita perbanyakkan amalan taubat terhadap ALLAH,terutamanya diri ini yang serba kurang lagi daif.Ya ALLAH bagilah kekuatan kepada kami supaya sentiasa melakukan taubat terhadapMU dan sentiasa mentaati segala suruhanMU dan meninggalkan segala laranganMU dalam menempuhi hidup yang masih lagi berbaki.Semoga mendapat redhaMu di Dunai dengan keberkatan hidup dan redhaMu di Akhirat dengan Syurga yang kekal abadi.

10 Mayat Tak Reput Dalam Kubur

Sepuluh orang yang mayatnya TIDAK BUSUK dan TIDAK REPUT
------------ --------- --------- --------- --------- -------

Disebutkan didalam satu riwayat, bahawasanya apabila para makhluk
dibangkitkan dari kubur, mereka semuanya berdiri tegak di kubur
masing-masing selama 44 tahun UMUR AKHIRAT dalam keadaan TIDAK MAKAN
dan TIDAK MINUM, TIDAK DUDUK dan TIDAK BERCAKAP.

Bertanya orang kepada Rasulullah saw : "Bagaimana kita dapat
mengenali ORANG-ORANG MUKMIN kelak di hari qiamat?" Maka jawabnya
Rasulullah saw, "Umat dikenal kerana WAJAH mereka putih disebabkan
oleh WUDHU'." Bila qiamat datang maka malaikat datang ke kubur orang
mukmin sambil membersihkan debu di badan mereka KECUALI pada tempat
sujud. Bekas SUJUD tidak dihilangkan. Maka memanggillah dari zat
yang memanggil. Bukanlah debu itu dari debu kubur mereka, akan
tetapi debu itu ialah debu KEIMANAN mereka. Oleh itu tinggallah debu
itu sehingga mereka melalui titian Siratul Mustaqim dan memasuki
alam syurga, sehingga setiap orang melihat para mukmin itu
mengetahui bahawa mereka adalah pelayan Ku dan hamba-hamba Ku.

Disebutkan oleh hadith Rasulullah saw bahawa sepuluh orang yang
mayatnya TIDAK BUSUK dan TIDAK REPUT dan akan bangkit dalam tubuh
asal diwaktu mati :

1. Para Nabi

2. Para Ahli Jihad

3. Para Alim Ulama

4. para Syuhada

5. Para Penghafal Al Quran

6. Imam atau Pemimpin yang Adil

7. Tukang Azan

8. Wanita yang mati kelahiran/beranak

9. Orang mati dibunuh atau dianiaya

10.Orang yang mati di siang hari atau di malam Jumaat jika
mereka itu dari kalangan orang yang beriman.

Didalam satu riwayat yang lain dari Jabir bin Abdullah ra sabda
Rasulullah saw: Apabila datang hari qiamat dan orang orang yang
berada di dalam kubur dibangkitkan maka Allah swt memberi wahyu
kepada Malaikat Ridhwan: Wahai Ridhwan, sesungguhnya Aku telah
mengeluarkan hanba-hamba Ku berpuasa (ahli puasa) dari kubur mereka
di dalam keadaan letih dan dahaga. Maka ambillah dan berikan mereka
segala makanan yang digoreng dan buah buahan syurga. Maka Malaikat
Ridhwan menyeru, wahai sekelian kawan-kawan dan semua anak-anak yang
belum baligh, lalu mereka semua datang dengan membawa dulang dari
nur dan berhimpun dekat Malaikat Ridhwan bersama dulang yang penuh
dengan buahan dan minuman yang lazat dari syurga dengan sangat
banyak melebihi daun-daun kayu di bumi. Jika Malaikat Ridhwan
berjumpa mukmin maka dia memberi makanan itu kepada mereka sambil
mengucap sebagaimana yang difirman oleh Allah swt di dalam Surah Al-
Haqqah bermaksud :

"Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan AMAL yang telah kamu
kerjakan pada HARI yang telah LALU itu."

" Dan (ingatlah) Allah sentiasa mengetahui dengan mendalam akan apa
jua yang kamu lakukan."

Surah Al-Baqarah : 237

Kelalaian Mendidik Anak-anak

Anak-anak adalah amanah dari Allah SWT dan Ia sebahagian dari ujian Allah SWT kepada kita hamba-hambaNYA. Firman Allah SWT : "Harta benda dan anak-anak kamu hanyalah menjadi ujian dan di sisi Allah ada pahala yang besar." (QS. At-Taghabun, 64 : 15)

Sebagai ujian, Ia akan dipertanggungjawabkan. Orang yang malang ialah orang yang mempunyai banyak anak tetapi anak-anaknya tidak membawa kebaikan kepadanya di akhirat.

Rasulullah SAW diberitakan telah bersabda : "Tahukah engkau siapakah orang yang mandul?

Berkata para sahabat : "Orang yang mandul ialah orang yang tidak mempunyai anak."

Lalu Rasulullah SAW berkata "Orang yang mandul itu ialah orang yang mempunyai banyak anak tetapi anak-anaknya itu tidak memberi manfaat kepadanya sesudah ia meninggal dunia."

Maksud Al-Hadits, ini mungkin disebabkan beberapa kelalaian dalam mendidik anak-anak.

Kelalaian pertama : Kurang berdoa
A. Kurang berdoa semasa mengandung.
Doa-doa yang digalakkan diamalkan semasa mengandung ialah :
- Saidul (penghulu) Istighfar
- Doa memohon rahmat (QS. Ali Imran, 3 : 8-9)
- Doa memohon zuriat yang baik (QS. Ali Imran, 3 : 38)
- Doa agar anak mengerjakan solat (QS. Ibrahim, 14 : 40-41)

B. Kurang berdoa semasa membesarkan anak.
Doa-doa yang digalakkan diamalkan semasa anak membesar ialah :
- Doa agar anak patuh kepada Allah SWT (QS. Al-Baqarah, 2 : 128)
- Doa diberi zuriat yang menyejukkan hati (QS. Al-Furqan, 25 : 74)
- Doa supaya nama anak membawa kebaikan kepadanya.

Kelalaian kedua : Banyak memberi ajaran tarhib (menakutkan) daripada targhib (dorongan atau motivasi)
Ajaran tarhib antara lain seperti :
- menakutkan anak-anak dengan sekolah.
- menakutkan dengan tempat gelap.
- menakutkan dengan hutan rimba atau bukit bukau.
- menggunakan kekerasan dan paksaan waktu menyuruh anak tidur.

Kelalaian ketiga : Tidak tegas dalam mendidik anak-anak.
- tidak menjadualkan kegiatan harian anak-anak
- terlalu memfokuskan anak-anak kepada sesuatu aktiviti saja tanpa mengerti perasaan mereka.

Kelalaian keempat : Menegur anak secara negatif.
- mengeluarkan kata-kata kasar dan makian kepada anak-anak (terutama sewaktu marah).
- membandingkan anak-anak dengan anak-anak lain.

Kelalaian kelima : Memberi didikan yang tidak seimbang antara jasmani, rohani dan intelektual. Pendidikan intelektual lebih dipentingkan daripada pendidikan rohani. Apabila diberikan pendidikan rohani, pendidikan intelektual biasanya diberikan perhatian yang lebih besar. Sehingga tidak terjadi keseimbangan.

Kelalaian keenam : Kurang memberi sentuhan kepada semua anak-anak. Rasulullah kerap dilihat mendukung cucu-cucunya dan mencium mereka. Diriwayatkan oleh Aisyah r.a. : 'Pada suatu hari Rasulullah SAW mencium Al-Hassan atau Al-Hussein bin Ali ra. Ketika itu Aqra bin Habis At-Tamimiy sedang berada di rumah baginda.

Berkata Aqra : "Ya Rasulullah! Aku mempunyai sepuluh orang anak, tetapi aku belum pernah mencium seorang pun dari mereka."

Rasulullah melihat kepada Aqra kemudian berkata : "Siapa yang tidak mengasihi tidak akan dikasihi."' (Al-Hadith Riwayat Bukhari dan Muslim)

Kelalaian ketujuh : Penampilan diri yang kurang anggun dan kurang baik.
Orang tua tidak menunjukkan cara berpakaian yang baik dan sesuai syara’ bila berada di rumah, iaitu berpakaian secara seenaknya atau berpakaian seksi di hadapan anak-anak.

Kelalaian kelapan : Susunan rumah tangga yang tidak baik.
Ini mengakibatkan anak-anak terikut-ikut dengan cara salah seorang daripada ibu bapanya.

Kelalaian kesembilan : Membolehkan orang yang tidak baik perilaku, kesopanan, dan akhlaknya masuk ke dalam rumah kita, baik dari kalangan sahabat sendiri ataupun sahabat anak-anak.
Apabila kelalaian ini terjadi, maka akan memberikan contoh yang tidak baik kepada anak-anak yang sedang dalam pertumbuhan.

Kelalaian kesepuluh : Kurang mengawasi rancangan-rancangan yang ditonton di TV ataupun video.
Pengawasan dalam hal ini adalah penting kerana kebanyakan rancangan dari media pada hari ini menonjolkan akhlak yang kurang baik seperti pergaulan bebas lelaki dan perempuan, pakaian yang tidak menepati syara' dan perbualan yang dapat merosak aqidah dan pemikiran anak-anak.

Kelalaian kesebelas : Terlalu bergantung kepada pembantu rumah untuk mendidik anak-anak.
Sebagai ibu bapa kitalah yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak akan anak-anak ini. Oleh itu adalah menjadi satu kepentingan kita untuk berusaha memastikan anak-anak terdidik dengan didikan Islam.

Menjadi kewajipan setiap daripada ibu dan bapa mendidik dan menjaga anak-anak dengan seimbangkan pengisian rohani dan jasmani,sebagai panduan kepada mereka pada masa hadapan untuk kebahagian mereka juga.Dan dalam masa yang sama dapat menyumbangkan kebangkitan masyarakat dan Negara yang selamat dari kemurkaan ALLAH,dan seterusnya melahirkan kehidupan yang aman dan harmoni.

Mengenal Imam Syafie'

Imam Syafie Pengasas Mazhab

Imam Syafie seorang anak yatim yang tidak sempat menikmati kasih sayang bapanya. Dalam penjagaan ibunya yang miskin, beliau dididik dengan semangat ketabahan, kesabaran dan keimanan yang kukuh. Dengan berbekalkan semangat perjuangan yang tinggi, beliau mengembara merentasi padang pasir, menempuh terik mentari dan kedinginan malam demi mencari ilmu pengetahuan.

Imam Syafie dikenali sebagai pengasas mazhab Syafie yang menjadi ikutan di beberapa negara Arab dan Asia Tenggara. Ilmunya yang luas dan sifat waraknya merupakan catatan emas dalam lembaran sejarah Islam. Beliau menganggap segala sesuatu yang terpancar daripada kalbu dan pemikirannya, merupakan milik umat untuk dinikmati bersama.


Beliau adalah Muhammad bin Idris Assyafie Almuttalibi. Nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah sallallahu alaihi wasallam pada moyangnya Abdu Manaf. Dilahirkan di Ghaza, Palestin, beliau dibawa kembali ke perkampungan keluarganya di Makkah. Sejak kecil beliau dihantar mempelajari ilmu bahasa Arab dan sasteranya dari qailah-qabilah arab. Seterusnya mempelajari ilmu agama dari ulamak Makkah seperti syaikh beliau Al-Imam Khalid bin Muslim Azzanjy. Al-Fudhail bin 'Iyadh, Sufyan bin Uyaynah dan lainnya.

Beliau seterusnya meneruskan safar mencari ilmu di Madinah, dan belajar dengan Imam Malik sehingga menjadi pelajar terbaiknya. Kitab Al-Muwatta' Imam Malik telah dihafalnya dalam tempoh tidak lebih dari 9 hari. Beliau telah belajar dari para ulamak Makkah dan Madinah dengan baik sehingga dalam usianya 18 tahun, beliau sudah layak memberi fatwa. Pakar Bahasa Arab seperti Al-Asma'i juga banyak mengambil manfaat darinya.

Beliau seterusnya pergi ke Iraq dan mengambil faedah dari Imam Muhammad bin Al-Hasan Assyaibani murid Imam Abu Hanifah. Di sana beliau mengarang kitabnya Al-Hujjah, dan mengumpulan padanya mazhabnya yang lama (qadim). Di Iraq juga, beberapa Imam besar telah belajar dari beliau, seprti Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Abi Tsaur.

Setelah itu beliau telah berpindah ke Mesir. Di sana, beliau telah mengubah pelbagai ijtihadnya dan memasyhurkan pendapatnya yang baru (mazhab/qaul jadid). Beliau juga telah menulis kitab agungnya Al-Umm dan kitab Usul Feqh pertama dalam sejarah Islam berjudul Ar-Risalah.

Imam Syafie diangkat sebagai Mujaddid kurun ke-2. Beliau telah menghimpukan ilmu antara ahli Hadis serta ahli ra'yi, menggariskan kaeda-kaedah ilmu usul feqh, selain dari ilmunya yang meluas dalam hadis, riwayat-riwayatnya, ahli-ahlinya, qur'an dan ulumnya, sejarah, syiir dan sastera, ilmu bahasa, serta wara' , taqwa lagi zuhud pada dunia. Beliau telah wafat di Kaherah pada tahun 204H.

Imam Ahmad bin Hanbal pernah menyebut: "Imam Syafie seperti matahari bagi dunia dan penyembuh bagi badan" dan "Feqh itu terkunci pada ahli-ahlinya sehingga Allah membukanya dengan Assyafie".

Imam Abu Zur'ah pula ada menyebut: Aku tidak mengetahui seseorang yang lebih agung sumbangannya pada ahli Islam daripada As-Syafie.

Semoga Allah merahmatinya dan memanfaatkan kita dengan segala barakah, rahsia, ilmu dan cahaya beliau di dunia dan akhirat. Amiin.

Semoga liku-liku pengembaraan Imam Syafie dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan menjadi teladan umat sepanjang zaman, insya Allah.

Kebebasan Islam Disalah Arti

ISU kebebasan adalah antara isu yang hangat diperkatakan umum kerana isu kebebasan bukan saja bersifat nasional, malah ia isu sejagat. Di mana saja negara di dunia ini sering membahaskan isu kebebasan dalam konteks kemanusiaan sesuai dengan peredaran zaman semakin canggih.

Oleh itu, sering kedengaran suara yang menuntut kebebasan wanita, kebebasan akhbar, kebebasan bersuara, kebebasan beragama dan tuntutan kebebasan lain demi kepentingan dan kelangsungan hidup.

Meninjau senario mutakhir umat Islam kini, ada umat Islam masih lagi keliru dengan pengertian sebenar kebebasan menurut perspektif Islam. Rata-rata umat Islam memahami kebebasan dalam erti kata boleh melakukan apa saja menurut kehendak hati dan nafsu biarpun ia bercanggah dengan kehendak agama dan bertentangan nilai kemanusiaan yang luhur.

Disebabkan itu, kita dapati umat Islam semakin lama semakin jauh meminggirkan agama Islam dan ajarannya yang suci dalam realiti kehidupan atas alasan kebebasan yang dilaungkan. Mereka bebas menerima apa saja yang datang dari Barat pada hal tidak semuanya baik dan sesuai belaka.

Ini bukan kebebasan namanya, sebaliknya ia adalah melampaui batasan kemanusiaan dan menodai fitrah semula jadi manusia yang sebenar. Di sinilah terletak peranan kerajaan dan ulama untuk menerangkan kepada masyarakat pengertian sebenar kebebasan menurut perspektif Islam.

Perlu ditegaskan isu kebebasan tidak hanya ada dalam syariat Islam, undang-undang tubuh negara turut mengiktiraf kebebasan manusia dalam kehidupan seharian. Ini menunjukkan isu kebebasan adalah isu sejagat tanpa sebarang pengecualian dan sempadan tempat serta masa.

Berbicara mengenai kebebasan menurut kaca mata Islam, sebenarnya Islam daripada awal lagi sudah menegaskan bahawa kebebasan itu selaras dengan fitrah semula jadi manusia. Bahkan, Islam tidak membenarkan unsur paksaan wujud dalam ajarannya yang suci.

Dalam hal ini, Allah SWT berfirman yang bermaksud: Tidak ada paksaan dalam agama (Islam) kerana sesungguhnya sudah nyata kebenaran (Islam) daripada kesesatan (kufur). Oleh itu, sesiapa yang tidak percayakan Taghut dan dia pula beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia berpegang kepada simpulan (tali agama) yang teguh, yang tidak akan putus. Dan (ingatlah) Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Surah al-Baqarah, ayat 256)

Dapat disimpulkan betapa Islam tidak membenarkan paksaan berlaku dalam perkara akidah dan agama. Ini isyarat jelas bahawa Islam mengambil kira kebebasan individu dan masyarakat ramai dalam kebanyakan urusan kehidupan.

Perlu ditegaskan di sini, tiada satu pun agama di dunia yang mengambil berat isu kebebasan melainkan Islam yang mengiktiraf keperluan hidup asasi manusia di muka bumi Allah SWT. Dengan ini, Islam menonjolkan ciri keistimewaan dan keunikannya yang mampu memancarkan sinar kesejahteraan serta kebahagiaan.

Islam memperakui kebebasan individu, kebebasan masyarakat, kebebasan bernegara, kebebasan pendapat, kebebasan pemilikan sebagai pecahan kecil daripada kebebasan lebih asasi iaitu kebebasan beragama atau kebebasan berakidah.

Dalam bab kebebasan beragama, Islam memerintahkan umatnya supaya melaksanakan pendekatan dakwah secara berhikmah dan penuh dengan nasihat. Allah SWT berfirman yang bermaksud: “Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmah kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dialah juga yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah juga yang lebih mengetahui akan orang yang mendapat hidayah petunjuk.” (Surah al-Nahl, ayat 125)

Tidak ada sama sekali unsur paksaan dalam dakwah Islam seperti didakwa orientalis Barat dan musuh Islam. Mereka memandang serong dan negatif terhadap Islam sehingga mereka memutar belitkan fakta mengenai Islam.

Justeru, umat Islam diminta berwaspada terhadap pemikiran beracun yang dicanangkan musuh Islam dan menyusun langkah berencana serta perancangan rapi bagi menyebarkan rahmat Islam ke seluruh pelusuk bumi.

Bagaimanapun, ini tidak bermakna seorang Muslim bebas bertukar agama tanpa sebarang had. Islam menganggap apabila seseorang dengan rela hati mengucapkan dua kalimah syahadah sebagai satu perjanjian termeteri antara seseorang hamba dengan Tuhannya, ikrar itu wajib dikota dan dipelihara sepanjang masa.

Sesiapa murtad atau keluar daripada Islam, dia sudah melanggar perjanjian itu dan wajarlah Allah mengenakan hukuman keras terhadap orang yang murtad itu.

Kebebasan bersuara juga adalah isu yang menjadi perhatian umum. Yang dimaksudkan dengan kebebasan bersuara ialah kebebasan menyatakan pendapat, buah fikiran, teguran dan kritikan membina kepada pihak bertanggungjawab.

Termasuk juga kebebasan akhbar menyalurkan maklumat tepat kepada masyarakat umum. Namun begitu, kebebasan itu masih terikat dengan garis panduan syarak iaitu berada di atas landasan amar makruf dan nahi mungkar.

Pada ketika itu, Islam memerintahkan umatnya supaya menyatakan kebenaran Islam sebagaimana dapat difahami daripada sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: Sesiapa ada melihat kemungkaran di hadapan kamu maka hendaklah kamu mengubah dan mencegahnya dengan tangan kamu (dengan kuasa yang ada pada kamu), jika kamu tidak mampu (dengan tangan kamu) maka hendaklah kamu ubah dengan lidah. Jika kamu masih lagi tidak mampu, maka hendaklah kamu ubah dengan hati. Itu adalah selemah iman.” (Hadis riwayat Muslim, Tirmizi dan Ibnu Majah)

Kisah pidato perdana Saidina Abu Bakar al-Siddiq masih segar dalam lipatan sejarah sebaik saja beliau diangkat sebagai khalifah pertama dengan berkata: “Wahai manusia! Aku telah dipilih untuk memimpin kamu padahal aku bukanlah orang yang paling baik daripada kalangan kamu. Jika aku melakukan perkara yang betul maka hendaklah kamu semua membantuku dan jika aku melakukan penyelewengan maka hendaklah kamu memperbetulkan aku.”

Dapat disimpulkan, Saidina Abu Bakar menyedari memberikan rakyat jelata hak bersuara untuk memberikan pandangan dan kritikan kepada kepemimpinan beliau. Walaupun tempoh kepemimpinan Abu Bakar agak singkat, namun zaman beliau berjaya meneruskan kesinambungan era kecemerlangan Islam yang diasaskan Rasulullah SAW.

Di samping itu, Islam juga menegaskan bahawa setiap Muslim berkewajipan mempertahankan maruah dan hak masing-masing berdasarkan hadis Rasulullah SAW yang bermaksud: “Sesiapa yang terbunuh kerana mempertahankan hartanya adalah syahid, sesiapa yang terbunuh kerana mempertahankan maruahnya adalah syahid, sesiapa yang terbunuh kerana mempertahankan agamanya adalah syahid dan sesiapa yang terbunuh kerana mempertahankan keluarganya adalah syahid.” (Hadis riwayat Abu Daud, Nasa’i dan Tirmizi)

Ulama terkenal Syeikh al-Mutawalli al-Sya’rawi menegaskan, kebebasan mutlak sebenarnya tidak wujud pada setiap insan. Malah, kebebasan itu sebenarnya bersifat relatif iaitu dengan maksud ia tidak mengganggu kebebasan orang lain dan tidak bercanggah dengan ajaran agama.

Tambah beliau, kebebasan yang bersifat relatif akan memberi peluang kepada seseorang melakukan apa saja asalkan tidak mengganggu kebebasan orang lain dan tidak bertentangan dengan ajaran agama.

Sebaliknya, jika ada gangguan dan bercanggah dengan agama, sudah tentu masyarakat ramai akan bertindak menegah perbuatan yang melampaui batas itu.

Menurut Syeikh al-Sya’rawi, satu cara untuk seseorang memiliki kebebasan sepenuhnya ialah dengan memencilkan dirinya daripada orang ramai dan hidup bersendirian. Ketika itu, orang ramai tidak akan mengganggunya dan setiap perbuatannya tidak akan ditegah dan juga tidak akan dilihat. Maka dengan itu, kamu akan bebas melakukan apa saja yang kamu sukai.

Kebebasan mutlak sebenarnya tidak wujud dalam kamus kehidupan umat manusia sejagat kerana keharmonian dan kesejahteraan hidup tidak akan wujud jika keadaan masyarakat tidak bersistem dan mengikut peraturan serta undang-undang.

Terserlah bahawa Islam adalah cara hidup yang menyediakan panduan lengkap bagi mengatur kehidupan manusia ke arah kesejahteraan dan kebahagiaan abadi di dunia dan akhirat.

Wanita Solehah

ALLAH jadikan wanita daripada tulang rusuk kiri lelaki yang bengkok,yang semestinya mempunyai ciri-ciri kelembutan dan memerlukan kepada pembentukan yang begitu hikmah sekali,demi melahirkan muslimah solehah.wanita juga merupakan serikandi pembantu kepada lelaki dalam menegakkan panji agama islam tertegak di atas muka bumi,terutamanya pada era masa kini.Antara cirri-ciri yang di sebut oleh islam mengenai wanita solehah adalah seperti berikut :

Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita menerima gelaran solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t.

Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat iaitu:

1. Taat kepada Allah dan RasulNya 2. Taat kepada suami

Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:

1. Taat kepada Allah dan RasulNya

Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ? - Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya. - Wajib menutup aurat - Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah - Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada mahram bersamanya - Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa - Berbuat baik kepada ibu & bapa - Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang - Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa - Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami

- Memelihara kewajipan terhadap suami - Sentiasa menyenangkan suami - Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah - Tidak cemburu di hadapan suami - Tidak menolak ajakan suami untuk tidur - Tidak keluar tanpa izin suami - Tidak meninggikan suara melebihi suara suami - Tidak membantah suaminya dalam kebenaran - Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya - Sentiasa memelihara diri, kebersihan & kecantikannya serta rumah tangga

Akhirnya marilah sama-sama kita pastikan semoga kita juga tergolong dari kalangan mereka yang di sebut sebagaimana di atas,demi untuk kebaikan diri,masyarakat dan ummah seluruhnya.Sebagaimana mafhum hadis “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita solehah”

Kata-kata Hikmah

KATA -KATA HIKMAH KHULAFA' AR-RASYIDIN

SAIDINA ABU BAKAR RADHIALLAHU ANHU BERKATA:

Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan iaitu:

  1. Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau;
  2. hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau;
  3. hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau;
  4. adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna

SAIDINA UMAR AL-KHATTAB RADHIALLAHU ANHU BERKATA:

  1. Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya
  2. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina
  3. Orang yang menyintai akhirat, dunia pasti menyertainya
  4. Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga

SAIDINA UTHMAN BIN AFFAN RADHIALLAHU ANHU BERKATA:

Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah:

  1. Hatinya selalu berniat suci
  2. Lidahnya selalu basah dengan zikrullah
  3. Kedua matanya menangis kerana penyesalan (terhadap dosa)
  4. Segala perkara dihadapaiya dengan sabar dan tabah
  5. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.

SAIDINA ALI KARRAMALLAHU WAJHAH BERKATA:

  1. Tiada solat yang sempurna tanpa jiwa yang khusyu'
  2. Tiada puasa yang sempurna tanpa mencegah diri daripada perbuatan yang sia-sia
  3. Tiada kebaikan bagi pembaca al-Qur'an tanpa mengambil pangajaran daripadanya
  4. Tiada kebaikan bagi orang yang berilmu tanpa memiliki sifat wara'
  5. Tiada kebaikan mengambil teman tanpa saling sayang-menyayangi
  6. Nikmat yang paling baik ialah nikmat yang kekal dimiliki
  7. Doa yang paling sempurna ialah doa yang dilandasi keikhlasan
  8. Barangsiapa yang banyak bicara, maka banyak pula salahnya, siapa yang banyak salahnya, maka hilanglah harga dirinya, siapa yang hilang harga dirinya, bererti dia tidak wara', sedang orang yang tidak wara' itu bererti hatinya mati

Teka-teki Al-Ghazali

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya (Teka Teki ) : Imam Ghazali = ' Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ? Murid 1 = ' Orang tua ' Murid 2 = ' Guru ' Murid 3 = ' Teman ' Murid 4 = ' Kaum kerabat ' Imam Ghazali = ' Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185). Imam Ghazali = ' Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?' Murid 1 = ' Negeri Cina ' Murid 2 = ' Bulan ' Murid 3 = ' Matahari ' Murid 4 = ' Bintang-bintang ' Iman Ghazali = ' Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama'. Iman Ghazali = ' Apa yang paling besar didunia ini ?' Murid 1 = ' Gunung ' Murid 2 = ' Matahari ' Murid 3 = ' Bumi ' Imam Ghazali = ' Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.' IMAM GHAZALI' Apa yang paling berat didunia? ' Murid 1 = ' Baja ' Murid 2 = ' Besi ' Murid 3 = ' Gajah ' Imam Ghazali = ' Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.' Imam Ghazali = ' Apa yang paling ringan di dunia ini ?' Murid 1 = ' Kapas' Murid 2 = ' Angin ' Murid 3 = ' Debu ' Murid 4 = ' Daun-daun' Imam Ghazali = ' Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat ' Imam Ghazali = ' Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? ' Murid- Murid dengan serentak menjawab = ' Pedang ' Imam Ghazali = ' Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri ' 'sampaikanlah walau satu ayat'

Adab Penuntut Ilmu

Setiap perkara kebaikan yang kita lakukan adalah di tuntut supaya mengikut susur-galur yang telah ditetapkan mengikut panduan yang diteladani oleh junjungan besar nabi kita Muhammad S.A.W. Dan mengikut bahasa mudahnya adalah sebagai adab-adab yang perlu kita ikuti bagi memastikan keberjayaan ape yang kita buat berpaksikan kebenaran,contohnya menuntut ilmu, menuntut kita supaya mengikuti adab-adab sebagai penuntut ilmu.Yang mana hasilnya adalah keberkatan ilmu untuk kebaikan Dunia dan seterusnya Akhirat.

Menuntut ilmu adalah satu kewajipan bagi kita kaum muslimin. Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan yang mengajarkannya. Adab-adab dalam menuntut ilmu yang harus kita ketahui agar ilmu yang kita tuntut berfaedah bagi kita dan orang yang ada di sekitar kita sangatlah banyak. Adab-adab tersebut di antaranya adalah:

1. Ikhlas karena Allah S.w.t . Hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah kerana Allah S.w.t dan untuk negeri akhirat. Apabila seseorang menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan gelar agar boleh mendapatkan kedudukan yang tinggi atau ingin menjadi orang yang terpandang atau niat yang sejenisnya, maka Rasulullah e telah memberi peringatan tentang hal ini dalam sabdanya :

"Barangsiapa yang menuntut ilmu yang pelajari hanya kerana Allah S.w.t sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan mata-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau syurga pada hari kiamat".( HR: Ahmad, Abu,Daud dan Ibnu Majah Tetapi kalau ada orang yang mengatakan bahawa saya ingin mendapatkan syahadah (MA atau Doktor, misalnya ) bukan kerana ingin mendapatkan dunia, tetapi kerana sudah menjadi peraturan yang tidak tertulis kalau seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, segala ucapannya menjadi lebih didengarkan orang dalam menyampaikan ilmu atau dalam mengajar. Niat ini - insya Allah - termasuk niat yang benar.

2.Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain. Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk menghilangkan kebodohan dari diri kita, setelah kita menjadi orang yang memiliki ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang lain untuk menghilang kebodohan dari diri mereka, dan tentu saja mengajarkan kepada orang lain itu dengan berbagai cara agar orang lain dapat mengambil faedah dari ilmu kita. Apakah disyaratkan untuk memberi manfaat pada orang lain itu kita duduk di masjid dan mengadakan satu pengajian ataukah kita memberi manfa'at pada orang lain dengan ilmu itu pada setiap saat? Jawapan yang benar adalah yang kedua; kerana Rasulullah S.a.w bersabda :

"Sampaikanlah dariku walaupun cuma satu ayat (HR: Bukhari)

Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para muridnya bertanya: Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau menjawab: ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.

3. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at. Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at. Kerana kedudukan syari'at sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya ia tidak bererti apa-apa. Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal yang menyimpang dari agama (bid'ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah S.a.w. Hal ini tidak ada yang bisa melakukannya kecuali orang yang memiliki ilmu yang benar, sesuai petunjuk Al-Qor'an dan As-Sunnah.

4. Lapang dada dalam menerima perbezaan pendapat. Apabila ada perbezaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima perbezaan itu dengan lapang dada selama perbezaan itu pada persoalan ijtihad, bukan persoalan aqidah, kerana persoalaan aqidah adalah masalah yang tidak ada perbezaan pendapat di kalangan salaf. Berbeza dalam masalah ijtihad, perbezaan pendapat telah ada sejak zaman shahabat, bahkan pada masa Rasulullah S.a.w masih hidup. Kerana itu jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang lain yang kebetulan berbeza pandapat dengan kita.

5. Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan. Termasuk adab yang tepenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, kerana amal adalah buah dari ilmu, baik itu aqidah, ibadah, akhlak mahupun mu'amalah. Kerana orang yang telah memiliki ilmu adalah seperti orang memiliki senjata. Ilmu atau senjata (pedang) tidak akan ada gunanya kecuali diamalkan (digunakan).

6. Menghormati para ulama dan memuliakan mereka. Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang biasa saja sudah termasuk dosa besar apalagi kalau orang itu adalah seorang ulama.

7. Mencari kebenaran dan sabar Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut ilmu adalah mencari kebenaran dari ilmu yang telah diperolehi. Mencari kebenaran dari berita berita yang sampai kepada kita yang menjadi sumber hukum. Ketika sampai kepada kita sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti lebih dahulu tentang keshahihan hadits tersebut. Kalau sudah kita temukan bukti bahawa hadits itu adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna (pengertian ) dari hadits tersebut. Dalam mencari kebenaran ini kita harus sabar, jangan tergesa-gasa, jangan cepat merasa bosan atau keluh kesah. Jangan sampai kita mempelajari satu pelajaran setengah-setengah, belajar satu kitab sebentar lalu ganti lagi dengan kitab yang lain. Kalau seperti itu kita tidak akan mendapatkan apa dari yang kita tuntut. Di samping itu, mencari kebenaran dalam ilmu sangat penting kerana sesungguhnya pembawa berita terkadang punya maksud yang tidak benar, atau barangkali dia tidak bermaksud jahat namun dia keliru dalam memahami sebuah dalil.

Sebagai penuntut ilmu terutamanya ilmu agama ALLAH,marilah sama-sama kita ikuti dan teladani ape yang Rasullah S.A.W. tinggal kepada kita mengenai adab-adab sebagai penuntut ilmu mudah-mudahan kita mendapat keberkatan ilmu itu sendiri,yang akhirnya dapat menyelamatkan masyarakat dan ummah seluruhnya.

Wallahu 'Alam.